Kata Orang Tentang Aku dan Karyaku

Kekuatan kata. Dengan kata-kata baik lisan atau tulisan dapat mempengaruhi orang. Pujian dapat membuat orang tersanjung tapi pujianpun dapat menyebabkan orang terlena dan jatuh. Sebaliknya sebuah kritikan, kadang pedih dan menyakitan namun dapat menguatkan sekaligus meninggikan. Bagaimana sikap kita menanggapi pujian dan kritik itu, yang akan menentukan, dimana kelak kita kan berada.

My Photo
Name:
Location: Tangerang, Banten, Indonesia

Monday, September 25, 2006

Koment: Aku Mama Bunga dan Golou (2)

Mba' Icha,

Makasih atas sharing pengalamannya... bagus bangetttt....
Mba' Icha bener2 penulis yang handal nichhh..... :-)
Bikin saya yang baca jadi terbuka lebar akan masih adanya keadaan seperti yang dialami Golou. :-(

Tapi Tuhan memang Maha Adil yach Mba'... DIA tetap mengirimkan orang2 terbaiknya seperti Mama bunga itu untuk menjadi perpanjangan tanganNya disana.
Makasih banyak yah mba'.

GBU,
Francisca

Saturday, September 23, 2006

Komentar dari Medan

Hi Mbak Elisa, ibu yang gaul,

Saya senang membaca tulisan-tulisan anda serta sharing berbagai hal dari pengalaman-pengalaman Mbak selama ini. Saya mau nanya neh mbak, kalau boleh tahu Mbak kerja di mana ya, kalau gak salah mbak sebagai seorang peneliti? di lembaga swasta atau pemerintah?Ada rencana recruitmen gak? Apakah ada rencana akan ke Medan, Sumatera Utara? Oh iya perkenalkan nama saya, Alexander tinggal di Medan.
Kalau suatu saat Mbak ke Medan, moga bisa mendengar cerita-ceritanya lagi!

salam
alexander

Thursday, September 21, 2006

Koment Cerpen: Kesempatan ke 2 & Ketegaran

Dear Mba Elisa,
Hi, salam kenal, saya Mei (member Profec juga). Mba, terima kasih atas postingan cerpen2nya hari ini.

Semuanya kena banget sama saya Mba... kebetulan saya sedang ada masalah yang similiar dengan cerpen yang mba posting today :-(.

Mba, kalau ada cerpen yang memotivasi boleh mba di posting, japri juga nggak apa... lagi butuh makanan hati nihhh...
Thanks before

Regards
Mei S. Purwitasari

Koment: Cerpen Ketegaran (1)

Elisa ini cerpen karangan kamu sendiri ?
atau dari teman kamu ?
menarik dalam, dan mengungkap realita yang menarik.
Selamat berkarya

Regards,

Bambang Yapri
Training & Development
PT. SMART Tbk.
Plaza BII, Tower II, 20th floor
Jl. MH. Thamrin No. 51 Kav. 22
telp. +62-21-3181288 fax. +62-21-318289
Jakarta 10350 - Indonesia

Koment Cerpen Kesempatan Kedua (1)

Mau ikut nimbrung :)
Sebagai penikmat karya sastra, juga kadang-kadang membaca karya-karya yang ditulis penulis-penulis muda di Indonesia akhir-akhir ini, ending cerita KESEMPATAN KEDUA ini sudah sangat bisa ditebak dari awal. Temanya juga sudah sangat lazim. Orang akan menyesal menyelesaikan membaca cerpen itu, karena di akhir cerita, yah ... begitu jugalah endingnya. "Yah ... cuma begini!" mungkin mereka complain begitu.
Buat mbak Icha, this is my constructive criticism sebagai dosen yang mengajar Sastra. :) Untuk membuatnya lebih menarik lagi, mbak Icha harus bisa menambahi daya suspensenya, ataupun unguessable ending. Aku tidak melihatnya sebagai a true story dari seseorang, tapi melihatnya sebagai suatu karya sastra, karena mbak Icha menulis kata CERPEN di situ. Beda kalo mbak Icha nulis: KISAH SEORANG TEMAN. Ok?
Keep up writing mbak.
Salam,
Nana

Koment: Hangat Nafasmu di ubun-ubunku (4)

Tapi yang paling penting adalah karena
ternyata mbak Icha mengirimkan ceritanya tepat pada saat aku berada di sini.
Rasanya seperti kemarau setahun dihapus oleh hujan sehari.
hehehehe... Aku selalu suka dengan cerita-cerita mbak Icha.
Salam hangat untuk semua anggota milis SP
Dipo Siahaan

Koment: Hangat Nafasmu di ubun-ubunku (3)

mbak_erna wrote:
aku tertarik tulisan Elisa,
sangat menyentuh,
gak terasa tercurah juga rasaku membayangkan apa yang ditulis
Elisa...
Apakah dengan tulisan seperti ini tidak dikumpulkan n diterbitkan
dengan judul "kumpulan cerpen penulis lepas Edisi....". Siapa tahu
aku bisa nimbrung nulis walaupun masih belajar...
BTW, Elisa, mengapa judulnya gak seirama dengan isi? just tanya

Koment: Hangat Nafasmu di ubun-ubunku (2)

Salam,
mbak icha! buka fans club dunk!
Saya suka banget karangan-karangannya! saya
daftar pertama deh!
ardhi

Koment: Hangat Nafasmu di ubun-ubunku (1)

free soul wrote:
Dahsyat...great imagination!
eta_carinae.1979

Dorongan Untuk Terus Menulis (7)

Dear Icha,
Semakin lama saya merasa semakin dekat dengan anda seolah kita
lahir di jaman yang sama, padahal anda baru berusia 30 tahun tapi
kematangan tulisan anda yang sungguh menyentuh hati membuat saya
yang tua ini semakin semangat belajar menulis.

Teruslah menulis, karena sebagai manusia yang punya nurani tulisan
tulisan seperti ini membuat batin kita yang semakin mengeras karena
tantangan kehidupan kembali melembut.

By the way, Icha dateng dong acara ultah PROFEC, moga moga kita bisa
ketemu secara fisik bukan sekedar virtual

Salam,
Lies Sudianti

Koment: Aku Mama Bunga dan Golou (1)

Sobron Aidit <
Icha
Aku sudah baca cerpenmu - Aku, Mama Bunga dan Golou. Tadinya aku ngak
nyangka cerita itu kamu yang nulis - tapi setelah kubaca siapa
penulisnya -
betapa bangganya aku punya teman akrab yang begitu hebat - sangat bagus
cerpennya. Icha, sayang, dari semua cerpenmu - cerpen inilah yang
menurutku
paling bagus - paling berhasil.

Aku senang membaca cerpenmu - teristimewa yang barusan tadi itu, bagus
sekali dan aku sangat puas membacainya,-

Icha sayang,-
setelah akau baca yang kedua - sambungannya - dapat kukatakan - inilah
topnya dari cerita itu. Kamu pandai menggambarkan setting demi
settingnya
dan disesuaikan dengan alur cerita yang kaubawakan. Aku juga turut
tegang
membacanya.

Sudah Icha kamu jangan cerewetlah -
nanti kalau kita ketemu semuanya
akankuceritakan kepadamu segala apa yang kau minta agar kuceritakan.
Pokoknya
kamu harus banyak dieetlah -
buat aku juga - agar kita bisa bebas makan
apa saja nanti di Jakarta. Agar kamu sudah mulai observasi lokasinya -
di mana -di warung mana - di restoran mana dan di kantin mana. Tapi nanti kita
saling ingatkan agar jangan membabi-buta dalam makan enak dan sedap-lahap!

Sudah baca PRAJURIT YANG BODOH itu? Kutunggu lho resensinya.
Salam sayangku buat Icha,-
Sobron di sarangnya di Paris

Koment: Ungkapan Rindu seorang Ibu

Asslamu'alaikum wr wb...
Sungguh sangat menyentuh apa yang mbak tulis.
Demikianlah, ketika nurani seorang ibu berbisik
tentang nikmat bercengkerama dengan buah hatinya,
tidak ada kebahagiaan lain yang dapat menggantikannya.
Tuhan telah menyematkan limpahan kasih sayang dan
kerinduan bagi seorang ibu tentang indahnya hidup yang
dikelilingi buah cinta kasihnya. Canda bahkan
tangisnya bisa meluluhkan kepenatan hidup yang
dihadapi seorang ibu. Demikian kebahagiaan tiada tara
membuncah di hati setiap ibu yang menyadari kodrat
keibuannya yang dianugerahi rahim tempat awal
bersemayam buah hatinya.

Berbeda dengan mereka yang mengaku kaum ibu namun
tidak ingin direpotkan oleh buah dari cinta kasihnya.
Hidupnya tidak ingin diusik oleh tangis buah hatinya.
Baginya karir dan kerja adalah sesuatu yang tidak bisa
diganggu oleh apa pun, termasuk oleh canda dan tangis
anak-anaknya. ...

Wasaslamu'alaikum wr wb..

Mustawa Elegant

Sekilas komentar

Biru adalah biru, pada musimnnya. Berbahagialah.
Elisa, aku sayang kamu.

Daun-

Mba Elisa
lucu, seru, konyol,
hehehehe,
aku tunggu lagi yak kiriman-kiriman ceritanya...

salam
Dipo Siahaan


tanpa perempuan ngga ada generasi berikutnya.. .....
adhenan
pengemar tulisan Elisa Koraag

Koment: Uppss… Rasanya Jadi ingin dipeluk (2)

Kisah yang bagus dan sangat manusiawi.
Bisa memberi teladan bagi suami/isteri yang tidak ingin bercerai.
Joko slamet

Koment: Upss Rasanya Ingin Dipeluk (1)

Dear Elisa,
Saya selama ini pengagum berat anda khususnya tulisan tulisan anda yang sangat enak dibaca walaupun saat membahas hal yang sederhana sekalipun. Kalau melihat email address anda apakah itu berarti anda lahir 20 Nopember 1965, you are still young dan itu berarti anda seorang Scorpion yang memang terkenal keras dan tidak mau mengalah cuma dalam percintaan seorang Scorpion katanya paling setia dibanding zodiac lainnya ....... (betul engga?) Itu membuat anda walau keras tetapi tetap dibalut cinta, saya doakan agar semuanya baik baik saja.... sayang saya terlambat membaca tulisan anda ini sehingga saat saya bertengkar dan diam diaman tanpa sadar sudah berbulan bulan kami berada dalam situasi yang tidak menyenangkan dan semakin lama semakin sulit mencari titik balik. Jadi kalau saat ini anda sudah baikan syukur deh.

Dengan membaca tulisan tulisan anda sepertinya saya mengenal anda lebih dalam dan seperti sudah teman lama saja karena ada kemiripan dalam kehidupan kita yaitu masalah kemandirian, saya digodog kehidupan sehingga tumbuh menjadi insan mandiri walau bukan aslinya begitu.... jadi kadang kadang cinderella complexnya masih suka keluar.

saya memang member pasif di milis ini tapi saya memang punya minat dengan hal hal yang menyangkut empati oleh karena itulah saya subscribe di milis Komunikasi Empati dan banyak membaca kesaksian kesaksian rekan lainnya tentang keempatian.

Saya berharap untuk bisa menimba ilmu lebih banyak lagi di komunitas ini.

Salam,
Lies Sudianti

Cerpen mbak Icha bagus deh. (2)

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Hello mbak Elisa ?salam kenal ya ?cerpenmu bagus juga.Moga mengalami
peningkatan.
Oh ya...gimana kalo kita temenan ?Moga slalu sukses.ok!

Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Noeraida_x5

Cerpen mbak Icha bagus deh. (1)

Pertama kali, salam kenal dari saya: Ina.
Cerpen mbak Icha bagus deh.
Emosi jadi kebawa, gemes, gerem juga....;
aduh apa kebanyakan lelaki begitu ya? :)
Ina

Dorongan Untuk Terus Menulis (6)

Henry Pandia" Saya sudah liat blog nya mbak Elisa. Ada banyak hal
nilai-nilai kehidupan yang saya pelajari yang sering
kali terabaikan dalam hidup. Tulisan mbak Elisa
sungguh menyentuh saya.

Tetap memberi sentuhan kepada hidup orang lain, dan
semoga selalu menjadi berkat.

Salam buat Mas Frisch, Bastiaan dan Vanessa.

Best Rgds.
Henry Pandia

Dorongan Untuk Terus Menulis (5)

Elisa dan Omie,
Dua karakter yang berbeda,
Karena latar belakang yang berbeda,
Disatukan oleh hoby yang sama: menulis.

Mungkin Elisa belajar menulis dari membaca,
Tapi Omie belajar menulis dari berkomentar.
Kang Becak

Dorongan Untuk Terus Menulis (4)

Mbak Elisa yang baik
anggaplah cerita ini cerpen.
Terlepas dari baik buruknya.
Saya lebih suka ketika paragraf
yang terakhir itu dihilangkan
mulai dari
......
Ingatlah, waktu akan mencuri anak-anakmu darimu dan seterusnya.

Alasannya, justru hal itu terkesan menggurui, tidak membuka dialog
dengan pembaca. Nah, kalau dalam perspektif saya, sebaiknya
dihilangkan saja. Demikian, afwan. Tetap berkarya..!

salam
Bang Yon's
FLP Purwokerto

Dorongan Untuk Terus Menulis (3)

Hi Icha,

Baguslah kalau kamu nanti akan memelihara satu blog saja, jadi pembaca (termasuk saya) tidak perlu lompat2an sites.

Icha, luar biasa sekali kalau kamu bisa menulis puisi seperti itu tanpa harus mikir sama sekali, mengalir begitu saja seperti air mengikuti alur tanah.
Kamu berperasaan halus, dan mempunyai bakat menulis, makanya kloplah. Saya juga mudah terbawa perasaan jika mendengar lagu, membaca dan menonton film, makanya saya bisa merasa kalau membaca tulisan2 yang seperti kamu tulis itu, bisa merasakan bagaimana perasaan kamu disitu.

Tidak usah takut untuk menjadi sombong Icha, memangnya kamu mau sombong untuk apa sih? Serahkan saja itu kepada pembaca.
Kalau toh nanti kamu menjadi sombong, pasti ada yang mengingatkan kamu, minimal saya.
Hati kamu cukup lembut, harusnya tidak akan berubah menjadi sombong. Pakailah kelebihan yang ada didiri kamu untuk beramal.
Sesekali dekatkanlah dirimu kepada yang diatas, meminta bimbingan dan jalan hidup yang terbaik.
Semoga sukses Icha. God bless you and your family.

Salam hangat,
Audy
(NZ)

Dorongan Untuk Terus Menulis (2)

Dear Mbak Elisa,Salam kenal, saya mengetahui keberadaan Mbak dari milis PROFEC dan saya sangat mengagumi tata bahasa dan alur cerita dari cerpen2 yang anda buat. Dan saya sudah mengunjungi blog khayalanicha.(Revisi: blog cerpen-icha)
Semoga anda selalu diberkati & panjang umur supaya dapat membuat cerpen2 lain yang bagus2.
Best Regards,

Dhani Aristyawan, S.Kom.
EDP Supervisor PT. Trias Sentosa, Tbk.
Desa Keboharan KM 26
Krian - Sidoarjo

Dorongan Untuk Terus Menulis (1)

………………..Tulisan ini berlaku juga untuk mbak Icha (Elisa Koraag) dalam konteks sama maupun sedikit beda yang sejumlah tulisannya saya baca cermat dan saya simpan dalam arsip. Tentang Martha Tilaar sendiri, saya tidak begitu tertarik. Mungkin yang perlu kita pelajari tentang kiatnya yang berhasil dalam bidangnya.
Salam,
harsutejo.-

Mbak Icha, dan juga mbak Omie,
Saya tidak ragu akan talenta dan kemampuan anda dalam menulis, menurut hemat saya tidak kalah dengan mbak Omie. Saya kira yang diperlukan antara lain juga fokus terhadap suatu kegiatan, dalam hal ini menulis. Menurut hemat saya misalnya mbak Omie perlu mengurangi komentarnya untuk berbagai tulisan yang agak kurang bermutu, pendeknya lebih ada fokus. Tentang jokes saya suka juga sekali-sekali.
Salam,
harsutejo

Koment Berguru Pada Anak (3)

Ibu Elisa Koraag Yth.,

Selamat pagi, apa kabar?
Saya lihat Ibu sangat senang menulis, saya sangat berterima kasih atas partisipasi Ibu dengan milis sekolah-kehidupan. Bagaimana tanggapan Ibu dengan Milis ini?, apakah sudah memenuhi keinginan anggota atau apakah Ibu punya saran lain?.

Ibu Elisa, tulisan Ibu dengan judul, "Belajar Dari Anak", (Revisi: Berguru Pada Anak) menurut saya sangat bagus. Tetapi pada penilaian Bulan Agustus kelihatannya belum masuk nominasi. Menurut saya alangkah baiknya Ibu kirimkan ke Milis lagi, mungkin dapat dinominasikan untuk penilaian Bulan September ini.

Terima kasih.

Hormat Saya,
Sinang Bulawan

Koment Berguru Pada Anak (2)

Saya termasuk salah satu fans tulisan-tulisan si Mbak
Elisa ini! Dia berbakat sekali dan tulisannya
lembut-lembut, cocok bagi saya yang sama-sama juga
seorang Ibu dari dua anak.

Keep writing, Mbak!
- Yanti -
Lima, Peru

Koment Berguru Pada Anak (1)

Para penulis cerpen kehidupan sehari-hari
adalah salah satu "sumber berita" di dunia nyata.
kerna mereka rajin merekam situasi lingkunganya, dan
ini adalah suatu berkah buat sang pembaca, yang
dapat info dari tangan pertama.

tetap semangat menulis!

salam, heri latief
amsterdam

Koment Ungkapan Rasa Bersalah (2)

Saya suka sekali baca pengalaman hidupnya mbak elisa. sederhana temanya, tapi isinya menyadarkan kita, bahwa kerja dan keluarga adalah suatu kombinasi yg ekstra, spesial buat kaum ibu, bukan perkara gampang jadi ibu sekaligus melakoni jadi aktifis yg sering ke luar kota.

respek!

salam, heri latief

Koment Ungkapan Rasa Bersalah (1)

Nana P" Mbak Icha yang tengah didera perasaan bersalah,
Konstruksi patriarkal di dunia ini yang telah berjalan for centuries--sehingga menimbulkan kesan seolah-olah it was naturally created like that--yang telah menyebabkan mbak Icha merasa bersalah karena harus meninggalkan keluarga keluar kota, meskipun itu adalah untuk menjalankan tugas dari kantor.
Dan harus kita sadari bahwa most of us here in Indonesia (termasuk Mami mbak Icha) still take it for granted bahwa perempuan harus di rumah, bahwa laki-laki oke-oke saja untuk pergi selama mereka mau tanpa merasa bersalah, bahwa perempuan yang pergi belanja dan laki-laki ongkang-ongkang nonton TV, dsb. Sehingga ketika masyarakat melihat yang sebaliknya, mereka langsung protes; bahkan tak jarang yang protes bukan laki-laki, melainkan perempuan. Aku melihatnya sebagai--mungkin tidak semua--mereka jealous, kepengen melakukan hal yang sama--meninggalkan rumah beberapa lama untuk keluar kota (yang meskipun sebenarnya untuk bekerja namun orang melihatnya sebagai for having fun, coz as women we were supposed to be at home!!!), namun mereka ga bisa; entah karena suami yang tidak mengijinkan (satu hal yang paling tidak disetujui oleh kaumku--feminis. LOL) mengapa perempuan harus minta ijin sedangkan laki-laki tidak perlu, entah karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk
melakukan itu, atau mungkin karena mereka tidak berani 'bertarung' melawan kata hati mereka sendiri. :)
I must say that you are very lucky to have such an understanding husband, yang kulihat dari cerita mbak Icha di sini lumayan mau menghargai kesamaan hak antara suami dan istri. Buktinya dia ga pernah keberatan dengan segala kegiatan mbak Icha. The majority of men in Indonesia are not like that, I believe. Atau mungkin aku terlalu stereotyping, tidak majority of men Indonesia, tapi kebanyakan laki-laki yang kutemui dalam hidupku ini. :)
Keep up the good work, mbak Icha!
Salam,
Nana P

Wednesday, September 20, 2006

Komen kenangan 17 Agustus(2)

yanti mirdayanti"
Mbak Elisa, tulisan Anda sangat menyentuh relung hati
saya. Sungguh indah dan nyaman bagi yang membacanya.
Trims banyak telah di-sharing di milis. Alangkah akan
semakin ramahnya bangsa kita, jika perayaan
Kemerdekaan Indonesia bisa dijiwai begitu mendalam
oleh setiap orang seperti oleh Anda dan Ayah Anda ini.

Selamat merayakan HUT RI ke-61!
-Yanti-

Komentar Kenangan 17 Agustus (1)

Wening Pramudya"
Aku jadi ikut menangis membaca tulisan ibu Icha. Yha seumur ibu Icha atau saya yang mungkin lebih tua akan merasakan kesyahduan kenangan 17 an. Hanya saja tadi malam ada acara tv daerah yang dalam rangka menyongsong 17 an dengan membahas mengenai perasaan nasionalisme generasi muda anak-anak kita, katanya sudah jauh berbeda (menurun) dibandingkan dengan kita generesasi orang tua, why ??? ....yha itulah yang kemudian disikusikan.
Pendapat saya karena eranya memang lain. Kita dulu di masa muda melalui zaman rekasa (masa-masa susah) banyak paceklik. Masa-masa penjajajahan masih sangat lekat pada ingatan orang tua kita dulu, sehingga mereka dengan sangat fasih mentransfer perasaan itu kepada kita di masa kanak-kanak kita sehingga kitapun menajdi sangat mengerti betapa pentingnya arti kemerdekaan, sungguh bisa kita resapi dengan mudah. Namun demikian dengan berangkatnya waktu selanjutnya kita mengalami hidup dimasa kemakmuran sekarang, atau 20 - 30 th terakhir ini, sandang pangan papan pendidikan formal dan informal melimpah, keprihatinan kita dimasa paceklik dulupun seolah sudah terobati. So...bagaimana kita mentransfer perasaan paceklik penuh perjuangan kepada anak-anak kita....itu sudah sangat lain dengan bagaimana orang tua kita mentransfer perasaan suka dukanya dimasa penjajahan lalu merebut kemerdekaan dst kepada kita. Jadi apakah salah kalau generasi anak-anak kita berperasaan lain dengan kita dulu dalam menyongsong peringatan hari kemerdekaan?? Walaupun kita yakin bahwa merah putih tetap menjadi hati nurani mereka. Lalu bagaimana cara membangkitkan rasa nasionalisme generasi penerus kita supaya tetap bergelora sebagaimana yang kita punya?? Nah kalau di Amerika.....penurunan rasa nasionalisme sudah lebih dulu mereka rasakan pada generasi mudanya, selanjutnya pemerintah berusaha keras membangkitkan lagi dengan berbagai cara, termasuk lewat film - film tokoh yang selalu meng-hero-kan Amerika dan yang itu juga ditonton anak-anak kita.....
So, apakah ada yang punya ide untuk meningkatkan atau mempertahankan rasa nasionalisme generasi penerus kita ditengah-tengah zaman kejayaan KKN, dengan transformasi empatikah mudah-mudahan akan banyak membantu. Matur nuwun.

w.pramudiyah