Koment Cerpen Kesempatan Kedua (1)
Mau ikut nimbrung :)
Sebagai penikmat karya sastra, juga kadang-kadang membaca karya-karya yang ditulis penulis-penulis muda di Indonesia akhir-akhir ini, ending cerita KESEMPATAN KEDUA ini sudah sangat bisa ditebak dari awal. Temanya juga sudah sangat lazim. Orang akan menyesal menyelesaikan membaca cerpen itu, karena di akhir cerita, yah ... begitu jugalah endingnya. "Yah ... cuma begini!" mungkin mereka complain begitu.
Buat mbak Icha, this is my constructive criticism sebagai dosen yang mengajar Sastra. :) Untuk membuatnya lebih menarik lagi, mbak Icha harus bisa menambahi daya suspensenya, ataupun unguessable ending. Aku tidak melihatnya sebagai a true story dari seseorang, tapi melihatnya sebagai suatu karya sastra, karena mbak Icha menulis kata CERPEN di situ. Beda kalo mbak Icha nulis: KISAH SEORANG TEMAN. Ok?
Keep up writing mbak.
Salam,
Nana
Sebagai penikmat karya sastra, juga kadang-kadang membaca karya-karya yang ditulis penulis-penulis muda di Indonesia akhir-akhir ini, ending cerita KESEMPATAN KEDUA ini sudah sangat bisa ditebak dari awal. Temanya juga sudah sangat lazim. Orang akan menyesal menyelesaikan membaca cerpen itu, karena di akhir cerita, yah ... begitu jugalah endingnya. "Yah ... cuma begini!" mungkin mereka complain begitu.
Buat mbak Icha, this is my constructive criticism sebagai dosen yang mengajar Sastra. :) Untuk membuatnya lebih menarik lagi, mbak Icha harus bisa menambahi daya suspensenya, ataupun unguessable ending. Aku tidak melihatnya sebagai a true story dari seseorang, tapi melihatnya sebagai suatu karya sastra, karena mbak Icha menulis kata CERPEN di situ. Beda kalo mbak Icha nulis: KISAH SEORANG TEMAN. Ok?
Keep up writing mbak.
Salam,
Nana
<< Home